KADAR SERAT KASAR
# KADAR SERAT KASAR
Serat kasar mengandung senyawaan selulosa, lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti, yang disebut serat kasar adalah senyawaan yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia atau binatang. Dalam analisa penuntun serat kasar diperhintungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu.Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam analisa adalah:
1. Defathing, yaitu menghilangkan
dan perhitungan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut lemak.
2. Digestion, terdiri dari dua
tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua macam proses
digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup suhu terkontrol dan bebas udara.
Penyaringan harus segera
dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan penyaringan udara dapat
mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa, karena terjadi perusakan serat
lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan yang mengandung banyak
protein, sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebagian dilakukan
digesti dengan enzim preteolitik.
Residu yang diperoleh dalam
pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang mengandung ± 97%
selulosa dan lignin dan sisanya adalah senyawa lain yang belum dapat
diidentifikasi.
Serat kasar sangat penting
ditentukan dalam penilaian kualitas bahan makanan, karena adanya angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Selain itu,
kandungan serat kasar dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan baku
efisiensi suatu proses.
Kehilangan selulosa dapat
mencapai 85% sedangkan kehilangan lignin dapat mencapai 50%-90%, tergantung
jenis tumbuhan monokotil yang lebih muda larut dalam larutan alkali
dibandingkan unsur lignin. Berdasarkan penelitian, serat kasar tak mencerminkan
serat sebenarnya, maksudnya karena fraksi serat ini terdiri dari selulosa,
hemiselulosa,dsb. Sedangkan perlakuan dari metode ini seperti penambahan asam
encer panas semilulosa dan lignin lebih mudah larut dengan alignin selulosa.
Keadaan inilah yang menyebabkan
hubungan tak jelas antara serat kasar dan serat sebenarnya. Selain itu juga
terdapat analisis lain dalam serat makanan relatif mudah yaitu metode
couthpale. Analisis serat pada makanan mulai diperhatikan timbulnya berbagai
macam penyakit yang disebakan oleh serat.
Peran utama dari serat dalam
makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan
untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air
rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran
melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan
peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.
Mutu serat dapat dilihat dari
komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari
komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut
(Insoluble Dietary Fiber, IDF).
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Ada beberapa metode analisis
serat, antara lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang
masing-masing mempunyai keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang
ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang
kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan
adalah antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan
terkecil pada kotiledon tanaman. Metode analisis dengan menggunakan
deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral Deterjen Fiber, NDF) merupakan
metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat makanan yang tidak
larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan gum,
harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat
larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat
pekat.
Metode enzimatik yang
dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode fraksinasi enzimatik,
yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin
pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat makanan
larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah.
Posting Komentar